Sinar Bintang Id-Kota Tasikmalaya -Takbir berkumandang dihari raya Idul Fitri 1446 Hijriyah, semua umat Islam merayakan dan Saling memaafkan dari segala kehilapan juga kesalahan, maka dengan itu sudah Satu bulan Gubernur Jawa Barat menjabat , Kang Dedi Mulyadi memang luar biasa telunjuknya. Ia benar-benar sakti dan tak terkalahkan. Namun ada ruang kosong yang ia belum selami.
Hanya seorang dirinya kepimpinan yang dinilai kompeten dimilikinya, tampak Mata Kang Dedi Mulyadi yang peka terhadap sekolah SMA negeri, Uang memungut Uang. Ia hanya bersuara lantang kasus study tour sekolah negeri.
Ini cerita tragis yang di ungkapkan oleh Budayawan sekaligus aktivis pemperhati Pendidikan Jawabarat, Bang Sufi menjelaskan, Kang Dedi Mulyadi nampaknya tidak punya pembisik dari praktisi pendidikan Swasta. Di antara ribuan sekolah negeri ada ratusan sekolah swasta yang menghadapi sakaratul maut. Sekolah SMA/SMK negeri Jor- joran menerima murid tanpa batas minimal.
Sedangkan sekolah di Swasta kian hari kian menurun jumlah siswanya. Logikanya jika siswa menurun, maka cuan bagi sekolah Swasta juga menurun. Jantung kehidupan sekolah swasta adalah keuangan yang bersumber dari warga sekolah. Tapi kebijakan pemerintah pusat menyulitkan sekolah swasta berkembang.
"Pungutan dilarang tapi tidak ada sumber keuangan lain yang menopang sekolah Swasta. Lima tahun lalu sekolah swasta di Jawa Barat ada bantuan BOS Provinsi. Dana ini mengalir lancar sehingga sekolah swasta bisa bernafas dalam menyelenggarakan belajar mengajar."Jelas Bang sufi kepada awak Media. Selasa 01/04/2025.
Tahun 2025 ini sekolah swasta mendekati ajalnya. Dana Bos Provinsi yang harusnya cair bulan Maret ini dihentikan oleh Kang Dedi Mulyadi. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat diparkir.
"Kepala sekolah dan guru-guru honorer di sekolah swasta menjerit dan bersumpah serapah. Tanpa disadari Kang Dedi Mulyadi telah menanamkan luka di hati para guru honorer yang tak bisa bernafas lega.
Doa-doa penuh amarah dan kebencian diterbangkan ke langit. Mereka tidak berani menyampaikan ke Kang Dedi Mulyadi. Andaikan Nyi Hyang bukan anak Gubernur Jawa Barat tapi anak seorang guru honorer, dia tak akan bisa menikmati baju baru lebaran.
Gerutu dan sumpah serapah para guru honorer yang tak berani bersuara takutnya di dengar sang Hyang Tunggal. Kemudian Sang Hyang Tunggal menurunkan amarahnya, siapakah yang sanggup menebusnya..?.Ujar Bang Sufi.
Red.(Bas).
Social Plugin